Film, menurutku...

Assalamu’alaikum semuanya, semoga kita semua dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT dimana pun kita berada. Perkenalkan, namaku Mira Novianda. Teman-teman biasa memanggilku Mira, Mirnov (singkatan dari Mira Novianda), teh Mir (karena mungkin terlihat agak dewasa, aku juga biasa dipanggil teteh-kakak perempuan dalam bahasa Sunda). Aku anak pertama dari dua bersaudara kandung. Tapi, aku juga anak keempat dari 5 bersaudara dari ayah, nah bingung kan? Pada intinya aku memiliki tiga orang kakak bukan kandung alias beda ibu, tapi Alhamdulillah silaturrahmi kita masih sangat terjaga sampai sekarang, walaupun aku bukan adik kandung mereka.

Aku dilahirkan di kota Bandung, namun sekarang tempat itu sudah berubah menjadi kota Cimahi. Karena sewaktu aku lahir, Cimahi masih bergabung dengan kota Bandung. Lahir di RS Cibabat dengan berat 2,8 kg pada tanggal 17 November 1998. Sewaktu kecil aku tinggal di Cimahi selama kurang lebih 2 tahun, lalu aku diboyong oleh papah dan mamih (aku biasa memanggil orang tuaku dengan sebutan itu) ke kota Surakarta (Solo) Jawa Tengah. Merasakan tinggal ditanah Jawa sampai aku mahir berbahasa Jawa ketika itu. Tinggal di kota Solo kurang lebih sekitar 8 tahun. Mengenyam pendidikan TK dan SD hanya sampai menginjak kelas 3 semester 1. Sampai-sampai aku pernah mengalami bagaimana rasanya gempa bumi yang disebabkan oleh Gunung Merapi yang meletus pada hari Selasa tanggal 26 Desember 2006. Aku juga pernah mengalami rumah terendam air alias banjir yang dikarenakan Bengawan Solo meluap pada tanggal 26 Desember 2007. Aku yang masih berumur sekitar 9 tahun ketika itu, sedang asyik-asyiknya belajar bersama teman-teman yang mulai akrab, terpaksa harus pindah ke Bandung dengan satu dan lain hal yang tidak bisa aku ceritakan.

Memulai lagi adaptasi dengan lingkungan baru, teman baru, dan suasana baru. Kini aku tinggal di kota Bandung. Yang biasanya ketika di Solo aku bisa meminum es teh manis setiap harinya, ketika di Bandung amat sangat berbanding terbalik, hampir semua minuman yang disajikan hangat, karena cuaca kota Bandung yang lebih dingin dibanding kota Solo. Lalu aku melanjutkan sekolah di MIN 1 kota Bandung. Ada cerita lucu, ketika hari pertama aku masuk sekolah baru di Bandung. Aku yang sangat mahir berbahasa Jawa ketika itu, dihari pertama, dipertemuan pertama, langsung berhadapan dengan mata pelajaran bahasa Sunda. Aku bingung ketika itu, aku mengerti apa yang mereka ucapkan, tetapi aku tidak bisa mengatakan (karena papah dan mamih sering menggunakan bahasa Sunda kalau sedang mengobrol). Aku hanya bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan teman-temanku. Lambat laun, aku pun bisa berbicara dengan bahasa Sunda walau masih belum bisa menggunakan bahasa yang sangat halus.

Lalu aku melanjutkan ke MTsN 2 kota Bandung, di sana aku pernah dikenal sebagai vokalis band yang dibentuk oleh guru mata pelajaran seni budaya, yaitu Bapak Ahmad Sholih. Diteruskan ke jenjang sekolah menengah atas di MAN 2 kota Bandung, di sana aku dikenal sebagai MC upacara dan anak OSIS yang sering kesana-kesini. Dan, berlabuhlah aku di UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk melanjutkan studi. Tak terasa, sudah menginjak semester 7 dijurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam fakultas Dakwah dan Komunikasi. Awalnya aku mengira, jurusan ini nantinya akan lulus sebagai lulusan yang concern dibidang pertelevisian  atau radio, namun ternyata tidak sepenuhnya, banyak ilmu tentang dakwah yang saya dapat dari jurusan ini. Tapi aku tidak pernah menyesal atau menganggap ini salah jurusan, karena memang ini sudah jurusan yang sesuai dengan apa yang Allah mau untukku. Oh, begini ya rasanya kuliah, bertemu dengan teman-teman baru yang berasal dari daerah berbeda yang tersebar di Indonesia. Memperluas silaturrahmi dan memperkuat ukhuwah.

Aktifitasku selain kuliah adalah berbisnis. Dari mulai fashion, makanan, dan apapun yang bisa menghasilkan, aku lakukan. Ketika awal masuk kuliah, dalam pikiranku bagaimana caranya aku tidak terus-menerus meminta uang jajan kepada kedua orang tuaku, karena mengingat papah yang sudah masuk usia lanjut tidak bisa produktif seperti yang lain. Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani bisnis, dimulai dengan reseller tas berbahan kulit imitasi, jaket, kaos, kerudung, sampai aku pernah menjual dorokdok yang dikenal DorKuy dan pisang aroma, Alhamdulillah setidaknya aku tidak lagi meminta uang jajan kepada kedua orang tuaku.

Alhamdulillah, karena pemikiranku semakin dewasa dan berkembang, akhirnya aku membangun bisnis bersama kakak perempuanku (Teh Wina) dibidang fashion wanita. Nama brand-nya adalah Utsukushii berasal dari bahasa Jepang yang artinya cantik, indah. Laman instagram yang bisa dikunjungi yaitu @utsukushii.id. Bisnis ini masih dalam tahap pembangunan dan doakan semoga bisnisku bisa melejit dalam waktu dekat.

Selain berbisnis, hobiku adalah menyanyi. Beberapa kali juga pernah memenangkan lomba menyanyi. Ada beberapa postingan dilaman instagram pribadiku ketika menyanyi, bisa dikunjungi di @miranovianda. Aku juga sedang belajar memberanikan diri untuk menjadi MC Wedding, walaupun baru sekali aku memandu acara pernikahan, tapi semoga ke depannya aku bisa jadi MC professional. Aku juga hobi nge-vlog, ada beberapa vlog yang sudah aku upload di YouTube channel-ku Mira Novianda Official. Aku juga senang sekali mempromosikan barang daganganku sendiri atau barang dagangan temanku, semuanya aku latih supaya aku berani menampilkan diri di depan orang banyak. E-mail aktif yang biasa aku gunakan adalah miranovianda9h@gmail.com . Ternyata perjalanan hidupku seru juga kalau dibuat menjadi film.

Kali ini aku akan bercerita mengenai film. Sedari kecil aku sudah dikenali dengan film, film pertama yang aku tonton adalah film King Kong yang dikeluarkan pada tahun 2005 ketika usiaku masih 6 tahun. Walaupun aku belum mengerti bahasa Inggris, tapi setidaknya aku mengerti alur ceritanya. Lalu, pertama kali aku menonton bioskop kalau tidak salah sewaktu aku duduk dibangku kelas 4 SD. Pertama kalinya aku menonton film bioskop berjudul Laskar Pelangi yang tayang pada bulan September akhir tahun 2008. Setiap tahunnya aku selalu meluangkan waktu dengan keluarga atau teman untuk menonton film layar bioskop. Setiap tahunnya bisa 4-6 film yang aku tonton di bioskop. Aku menonton bioskop kalau memang trailer film itu seru untuk ditonton dan sudah banyak di-review oleh penonton kalau filmnya sangat dianjurkan untuk ditonton.

Film Hollywood yang sangat seru dan mengocok perut adalah film Jumanji : The Next Level. Sebuah film yang penuh komedi dan petualangan yang seru membuat aku yang menonton merasa tegang dan greget. Untuk film Indonesia yang sangat aku suka adalah Wedding Agreement yang tayang pada tahun 2019 lalu. Film ini mengisahkan pernikahan Tari menjadi mimpi buruk, karena ada Sarah di antara Tari dan Bian. Sampai-sampai aku menonton film ini sebanyak 2 kali di bioskop.

Dengan situasi pandemi COVID-19 sekarang ini, kita semua dipaksa untuk meliburkan diri menonton film di bioskop. Namun, orang Indonesia selalu menyediakan tayangan-tayangan yang bagus dan dapat diapresiasi dengan baik. Salah satunya film pendek yang aku tonton berkali-kali diakun YouTube Ravacana yang berjudul Tilik, menjadi film terbaik yang aku tonton ditahun ini. Film pendek berbahasa Jawa ini sangat menggambarkan kebiasaan warga ketika akan menjenguk seseorang, ditambah dengan kehadiran Bu Tedjo yang selalu menggunjing membuat film pendek ini seru dengan akhir cerita yang tidak disangka-sangka.

Aku sangat suka dengan seni peran yang dituangkan menjadi sebuah film. Selain film pendek, aku juga suka menonton web series (film pendek ber-episode). Web series yang aku tonton terakhir berjudul Suloyo yang merupakan web series berbahasa Jawa. Selain itu, web series yang aku suka adalah Pacaran Jadi Taarufan di channel YouTube Teladan Cinema karya Kang Abay, Cinta Tapi Diam di channel YouTube Film Maker Muslim, dan Yakin Nikah di channel YouTube JBL Indonesia. Aku sebagai penikmat film sangat mengapresiasi ide kreatif anak bangsa Indonesia dalam memajukan perfilman Indonesia.

Komentar